Alokasi Aset ala Investor Top

Apa faktor yang bisa membedakan profit (keuntungan) seorang investor dengan investor lainnya? Apa pula faktor yang bisa membedakan loss (kerugian) seorang investor dengan investor lainnya? Jawabannya tentu saja sangat banyak. Dari modal, kebiasaan, pengetahuan, pengalaman, hingga mental bisa jadi penyebabnya. Tapi ada satu faktor penting yang jarang disadari investor, padahal faktor inilah yang jelas-jelas bisa membedakan hasil investasi antara seorang investor dengan investor lainnya. Apakah itu? Jawabannya adalah Alokasi Aset. Alokasi aset merupakan teknik diversifikasi kekayaan ke beberapa kelas aset dengan tujuan mendapatkan return semaksimal mungkin dan kerugian seminimal mungkin. Dalam berinvestasi, tujuan utama kita adalah mendapatkan keuntungan yang besar dengan drawdown (penurunan nilai) yang kecil.
Life is like a box of chocholate. Kita tidak akan pernah tahu peristiwa apa yang akan terjadi ke depannya. Bisa saja perusahaan tempat kita berinvestasi saham tiba-tiba bangkrut. Bisa saja bank tempat kita menaruh deposito tiba-tiba gulung tikar. Bisa saja perusahaan yang kita beri utang (obligasi) tiba-tiba gagal bayar. Oleh karena itu, untuk memperkecil risiko diperlukanlah diversifikasi. Selain terkait risiko, diversifikasi juga penting untuk meningkatkan return. Misalnya, saat krisis, harga saham cenderung anjlok, sementara harga emas biasanya naik. Untuk menikmati return dari emas tentunya kita harus berinvestasi di emas. Biar mudah memahami pentingnya alokasi aset, saya berikan contoh kasus saja ya. Contoh: si A memiliki alokasi aset 50% saham, 50% emas, sedangkan si B memiliki alokasi aset 100% saham. Saat krisis, pasar saham anjlok 30%, sedangkan emas naik 50%. Berapakah return si A dan si B saat krisis? Jawabannya, return si A = +15%, sedangkan return si B=-30%. Perbedaan yang signifikan kan?

Ada beberapa sumber yang bisa dipelajari untuk memahami alokasi aset, salah satunya MPT (Modern Portfolio Theory). Modern Portfolio Theory merupakan teori pengalokasian aset berdasarkan risk parity. Teori ini melibatkan perhitungan matematis dan simulasi sehingga hasil akhirnya terciptalah portfolio aset yang dapat menghasilkan return maksimal dengan risk minimal. Untuk kita yang bukan orang matematika dan finance, tenang saja kita belum terlalu perlu melakukan simulasi MPT dan sejenisnya. Di fase awal berinvestasi, kita ikuti saja nasehat investor yang sudah malang melintang di dunia investasi. Saya telah mengumpulkan beberapa nasehat investor papan atas terkait alokasi aset. Berikut ini alokasi aset menurut investor-investor kondang. Check this out!!

1. Sandiaga Uno
Sandiaga Uno merupakan salah satu investor kelas atas asal Indonesia. Dengan basic di bidang finance, dia memulai karirnya sebagai karyawan bank lalu menjadi wakil manajer investasi di luar negeri. Namun krisis 1997-1998 membuatnya menjadi pengangguran dan memaksanya pulang ke Indonesia, hingga akhirnya mendirikan konsultan keuangan bersama teman SMA nya, Rosan Roeslani, Ketua KADIN saat ini. Kemudian dia bersama anak pendiri Astra, Edwin Suradjaya mendirikan PT Saratoga Investama Sedaya (Saratoga) pada tahun 1997. Melalui perusahaan inilah, Sandiaga Uno melejitkan kekayaannya. Saratoga terkenal sebagai perusahaan investasi aktif terdepan di Indonesia. Saratoga aktif dalam mengelola perusahaan – perusahaan investasinya di Indonesia seperti di bidang konsumer, infrastruktur dan sumber daya alam. Beberapa perusahaan yang masuk portofolio Saratoga, antara lain: Adaro (ADRO), Merdeka Copper Gold (MDKA), Mitra Pinasthika (MPMX), Nusa Raya Cipta (NRCA), Tower Bersama (TBIG). Saat ini, Sandiaga menjadi pemegang saham Saratoga sebesar 22%.

Pada suatu diskusi yang digelar oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), dimana Sandiaga Uno menjadi narasumber, Sandiaga menjawab sebuah pertanyaan dari peserta tentang  bagaimana pengalokasian aset yang baik. Alokasi aset ala Sandiaga Uno:
- Cash = 18-20%
- Ekuitas (Saham) = 30-35%
- Fixed Income (Obligasi) = 30-35%
- Emas, Properti, dll = 10-22%

2. Ray Dalio
Ray Dalio (founder Bridgewater Associates) pernah menjelaskan tentang alokasi aset yang bisa memberikan return maksimal tapi risikonya cukup kecil, yang dinamai All-Weather Portfolio di buku Money: Master the Game karya Tony Robbins. Setelah disimulasikan untuk periode investasi 1984-2013, All-Weather Portfolio ala Ray Dalio ini mampu mencetak keuntungan 26 kali dalam 30 tahun (artinya hanya 4 tahun portofolio ini mengalami kerugian) dengan compound annual growth rate sekitar 10% (return segini di USA cukup besar). Portofolio ini juga mengalahkan tipe alokasi 60/40 (60% saham, 40% obligasi) yang sering digunakan masyarakat USA.

Alokasi aset ala Ray Dalio
- Obligasi Long Term = 40%
- Obligasi Short/Intermediate = 15%
- Ekuitas (Saham) = 30%
- Emas = 7.5%
- Komoditas (Metal, dll) = 7.5%

All-Weather Portfolio ala Ray Dalio (sumber: iwillteachyoutoberich.com)

3. Benjamin Graham
Siapa sih yang tidak tahu Benjamin Graham? Hampir pasti semua investor saham yang beraliran value investing mengenal Benjamin Graham. Graham dikenal sebagai Bapak Value Investing. Warren Buffet, investor saham terbaik dunia, menjadikan Graham seorang mentor. Buku-bukunya seperti: The Intelligent Investor, Security Analysis menjadi pondasi berpikir dan analisis seluruh investor di dunia. Di bukunya Security Analysis, Benjamin Graham juga menyinggung sedikit tentang alokasi aset.

Alokasi aset ala Benjamin Graham:
- Obligasi = 25-75%
- Ekuitas (Saham) = 25-75%
Baseline alokasi adalah 50-50 (50% obligasi dan 50% saham). Seiring waktu investor wajib melakukan shifting portofolio hingga 25/75 sesuai kondisi market. Jika pasar saham bearish, maka tingkatkan alokasi saham. Jika pasar saham bullish, maka kurangi alokasi saham.

4. Jack Bogle
Jack Bogle merupakan pendiri manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar di Amerika Serikat, Vanguard. Vanguard sangat terkenal memiliki produk reksadana yang memiliki biaya pengelolaan (expense ratio) sangat kecil. Selain itu, Vanguard terkenal karena produknya yang menggunakan pendekatan passive investing, tidak seperti manajer investasi lain yang beraliran active investing. Secara perforam justru reksadana Vanguard malah seringkali lebih unggul daripada reksadana beraliran aktif ini. Dengan biaya pengelolaan dan return yang bagus, tidak heran kalau Vanguard menjadi manajer investasi terbesar di USA.

Jack Bogle sendiri dalam suatu wawancara memberikan saran tentang alokasi aset kepada investor Vanguard. Alokasi investor ala Jack Bogle sebagai berikut:
- Fixed Income (Obligasi) = Umur sekarang
- Ekuitas (Saham) = 100 - Umur sekarang
Contoh: Umur Andi 23 tahun, maka alokasi aset yang bagus menurut Bogle adalah 23% obligasi dan 77% saham.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Porositas dan Permeabilitas

Krisis Finansial 2008 (Penyebab dan Dampak)

Ghawar Oilfield, Lapangan Minyak Terbesar di Dunia