Mengenal Dow to Gold Ratio

Saat kita membeli suatu aset kadang kita sering bertanya apakah harga aset yang kita beli termasuk undervalued (valuasi murah) atau malah sudah overvalued (valuasi mahal). Kita memahami bahwa semua aset memiliki siklus pergerakan harga yang hampir mirip. Dimulai dari fase sideways (mendatar), lalu ke fase boom (naik) hingga mencapai titik puncak lalu terjadilah bust (anjlok). Semua aset akan mengalami fenomena bubble (harga naik) dan burst (harga jatuh). Tidak ada satu asetpun di dunia ini yang harganya terus-terusan naik. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalisasi risiko, kita harus memahami ada di fase mana saat melakukan pembelian/penjualan aset.

Membeli aset yang sedang berada di fase boom, biasanya akan lebih berisiko daripada membeli aset di fase bust. Saat di fase boom, kita akan dihadapkan pada kemungkinan terjadinya burst atau anjloknya harga yang luar biasa. Saat di fase bust, penurunan harga cenderung sudah terbatas, sehingga risiko penurunan harga lebih kecil. Sebaliknya, menjual aset yang sedang berada di fase boom (bubble), jelas akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar daripada menjual aset di fase bust (burst). Kita harus menjual aset di harga tertingginya, jangan sampai kita malah menjual aset saat "pesta sudah usai" (harga sudah anjlok). Prinsipnya adalah beli semurah mungkin, jual semahal mungkin.

Untuk memprediksi apakah suatu aset termasuk undervalued atau overvalued, kita perlu menggunakan indikator. Di dunia ini, ada banyak indikator yang lazim digunakan untuk memprediksi pergerakan harga suatu aset. Kali ini, saya ingin memperkenalkan suatu indikator bernama Dow-Gold Ratio. Indikator ini cukup lazim dipakai untuk memprediksi pergerakan harga pada aset berwujud ekuitas (saham) dan emas. Saham dan emas memiliki keterkaitan dengan perekonomian dan cenderung memiliki pergerakan harga yang bertolak belakang, sehingga indikator Dow-Gold Ratio juga sering digunakan untuk memprediksi terjadinya krisis ekonomi.

Dow Jones Industrial Average (DJIA)
Dow Jones Indsustrial Average (DJIA) adalah indeks yang mengukur performa dari 30 perusahaan  publik besar yang listing di bursa saham Amerika Serikat (NYSE atau NASDAQ). DJIA bisa dibilang indeksnya saham bluechip USA. DJIA atau yang biasa disebut "the Dow" merupakan indeks kedua tertua yang ada di pasar saham USA. The Dow diciptakan oleh Charles Dow dan Edward Jones pada tahun 1896. Indeks ini cukup merepresentasikan kondisi bursa saham dan perekonomian Amerika Serikat. Saat Dow turun, artinya bursa saham secara umum juga mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya, saat Dow naik, artinya bursa saham secara umum juga mengalami kenaikan.

Pergerakan Indeks Dow Jones
Gold (XAU-USD)
Emas merupakan salah satu aset yang biasa dimiliki oleh masyarakat. Emas sendiri diperdagangkan secara global dalam USD. Dengan berlakunya fiat money sebagai alat tukar, emas saat ini seperti memiliki dualisme sifat. Satu sebagai komoditas, dua sebagai monetary asset (aset keuangan). Emas masih dipandang sebagai aset safe haven yang berfungsi untuk melindungi kekayaan, tapi di lain sisi harganya juga bergerak fluktuatif mengikuti permintaan dan penawaran seperti pada komoditas.
Pergerakan Harga Emas 1 oz dalam USD
Dow-Gold Ratio
Dow-Gold Ratio merupakan perbandingan antara Dow dan harga emas. Dalam arti lain, Dow to Gold Ratio mengindikasikan berapa ons yang diperlukan untuk membeli 1 share pada indeks Dow Jones. Dapat dinyatakan dengan rumus:

Dow-Gold Ratio cenderung jitu untuk memprediksi valuasi saham terhadap emas, bahkan bisa dipakai sebagai alarm krisis. Dow-Gold Ratio seirama dengan kondisi pasar saham. Ketika pasar saham mencapai titik puncaknya pada tahun 1929, 1966, dan 1999, Dow-Gold Ratio pun begitu. Sebaliknya, ketika pasar saham mencapai titik terendah pada 1932 dan 1980 atau ketika emas mencapai titik tertingginya pada tahun 1980, Dow Gold Ratio juga menyentuh bottom.

Berikut ini beberapa notes untuk Dow-Gold Ratio sepanjang 50 tahun terakhir;
- Titik tertinggi Dow-Gold Ratio terjadi pada tahun 1999-2000, mencapai sekitar 41. Pada tahun tersebut terjadi dot-com bubble, dimana indeks Dow Jones terutama saham perusahaan-perusahaan teknologi sedang mengalami fenomena bubble.
- Titik terendah Dow-Gold Ratio terjadi pada tahun 1980, hanya sekitar 1,5. Pada tahun tersebut terjadi krisis ekonomi dan hiperinflasi di Amerika Serikat dan dibarengi dengan naiknya harga emas (aset safe haven).
- Secara nominal, harga emas mencapai harga tertingginya (All Time High) pada tahun 2011. Dow-Gold Ratio sebesar 6,9.
Dow-Gold Ratio

Interpretasi Dow-Gold Ratio:
1. Dow-Gold Ratio yang relatif tinggi mengindikasikan indeks DJIA yang overvalued (mahal) dan/atau harga emas yang cenderung undervalued (murah). DJIA yang overvalued menandakan indeks berada pada fase boom, sehingga bisa diprediksi akan ada fase bust (krisis) yang akan mengikuti di masa depan. Sebelum krisis terjadi, sebaiknya kita mulai mengurangi kepemilikan saham dan mulai membeli emas.

2. Dow-Gold Ratio yang relatif rendah mengindikasikan indeks DJIA yang undervalued (murah) dan/atau harga emas yang cenderung overvalued (mahal). DJIA yang undervalued biasanya menandakan indeks telah atau sedang melewati fase bust (krisis), sehingga kemungkinan penurunan harga cenderung sudah terbatas dan ada peluang market rebound di masa depan. Di lain sisi, harga emas yang overvalued menandakan emas berada pada fase boom. Sebelum market mulai rebound, sebaiknya kita mulai membeli saham dan mengurangi emas.

Berapa rule of thumb Dow-Gold Ratio untuk menilai saat ini di fase krisis atau tidak? Tidak ada rule of thumb seperti itu. Namun melihat historical Dow-Gold Ratio dan dari beberapa referensi, saya menyimpulkan:
1. Dow-Gold Ratio > 15 biasanya bursa saham sedang overvalued (stock bubble) dan/atau emas sedang undervalued.
2. Dow-Gold Ratio < 5 biasanya bursa saham sudah mencapai titik bottomnya dan/atau emas mencapai titik puncaknya (gold bubble).

Saat ini (30 Mei 2020), indeks Dow-Jones berada di angka 25.400 dan harga emas sebesar US$ 1.734/gram. Sehingga, Dow-Gold Ratio saat ini berada pada ratio 14,6.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Porositas dan Permeabilitas

Krisis Finansial 2008 (Penyebab dan Dampak)

Ghawar Oilfield, Lapangan Minyak Terbesar di Dunia