Reksadana, Worth It atau Tidak?
Reksadana |
Tulisan ini terinspirasi dari beberapa kasus reksadana yang bermasalah, seperti Minna Padi, Emco, Narada, dll yang merugikan masyarakat hingga trilyunan rupiah. Menurut hemat saya, salah satu penyebab kerugian masyarakat ini adalah karena investor kurang paham risiko apa yang ada di reksadana. Check this out!!
SURVEI MENCENGANGKAN
Tulisan kali ini dibuka dengan sebuah survei yang saya lakukan beberapa hari lalu di akun twitter saya. Saya mencoba survei berapa persen sih masyarakat Indonesia yang tertarik investasi di Reksadana. Dari hasil survei tersebut, sekitar 59% responden menyatakan tertarik berinvestasi di RD. Dari survei ini bisa diambil kesimpulan bahwa SEBAGIAN BESAR masyarakat Indonesia masih tertarik untuk berinvestasi di Reksadana.
Survei gan. Tertarikkah kamu berinvestasi di reksadana?— Young Gans (@young_gansID) February 21, 2020
Survei kedua. Sebelum itu, saya sempat survei sebuah kasus penawaran investasi:
Apabila ada teman kamu ahli saham nawarin investasi saham ke kamu, dengan terms berikut:
-Modalnya 100% dari kamu
-Kerugian 100% kamu yang tanggung
-Fee transaksi kamu yang tanggung
-Untung/rugi, dia dapat manajemen fee 3%
Hasilnya? Ternyata, 88% responden menolak offering tersebut.
Survei ulang, Gan. Apabila ada teman kamu ahli saham nawarin investasi saham ke kamu, tapi dengan terms berikut:-Modalnya 100% dari kamu-Kerugian 100% kamu yg tanggung-Fee transaksi kamu yg tanggung-Untung/rugi, dia dapat manajemen fee sebesar 3% dari investasiKeputusanmu?— Young Gans (@young_gansID) February 19, 2020
Kesimpulan dari survei ini adalah jika ada offering:
Teman kamu ahli saham menawarkan investasi saham ke kamu, dengan terms:
-Modalnya 100% dari kamu
-Kerugian 100% kamu yang tanggung
-Fee transaksi kamu yang tanggung
-Untung/rugi, dia dapat manajemen fee 3%
HAMPIR SEMUA orang akan menolak offering tersebut.
Bagi saya survei ini mencengangkan, karena terms investasi yang saya ajukan di atas sama persis dengan terms di reksadana itu sendiri. Silakan tanya manajer investasi manapun, pasti terms reksadana mereka sama persis dengan terms yang saya ajukan.
Mengapa bisa sebagian besar orang tertarik reksadana, tapi jika ada offering dengan terms sama mereka menolak? Mungkin disinilah psikologis bekerja. Jika saya hanya menyebutkan reksadana, it sounds like a great investment. Tapi jika offeringnya didetailkan, mereka baru pikir-pikir. Selain itu, mungkin saja karena Reksadana dikelola oleh "Manajer Investasi Profesional" dan diawasi OJK, masyarakat jadi lebih percaya daripada jika ditawari teman/kolega. Padahal Manajer Investasi ini siapa sih? Mereka bahkan strangers lho. Kita nggak tau siapa-siapa aja yang bekerja disana, bagaimana integritas mereka, visi perusahaan, dll. Padahal reksadana itu intinya menitipkan uang untuk dikelola dan dikembangkan. Masa mau nitipin duit tapi gatau integritas si pengelola?
Misalkan temen saya nawarin offering dengan terms di atas. Saya akan cek dulu track recordnya. Berapa lama dia sudah berkecimpung di saham, berapa cuan/loss yang pernah didapatkan, bagaimana strateginya, integritasnya selama ini dan banyak pertimbangan lain. Kamu begitu juga kan?
RISIKO TERBESAR REKSADANA
Saya tidak akan bosan mengingatkan bahwa selain reksadana mengandung risiko dari underlying asset (likuiditas, volatilitas, dll), risiko terbesar reksadana sendiri itu ya di MANAJER INVESTASI (MI). Salah pilih MI, siap-siap boncos. Kita bisa melihat prospektus & fund fact sheet untuk memilih reksadana mana yang akan diinvestasikan. Tapi, tetap saja kita tidak akan tahu integritas dan strategi mereka seperti apa.
Untuk urusan integritas seharusnya jadi urusan OJK. Mereka lah yang mengawasi para MI ini. Tapi kalo OJK sampai kecolongan mengawasi, maka ya sudah wassalam. Kita tidak bisa apa-apa lagi. Contohnya: 6 Reksadana Minna Padi yang dibubarkan oleh OJK. Well, intinya untuk menanggulangi risiko yang berkaitan dengan integritas MI itu agak susah. Mau tidak mau kita harus terus menyoroti OJK supaya fungsi pengawasan mereka bagus.
Risiko selanjutnya yang ada di Manajer Investasi adalah terkait dengan strategi investasi. Ini menurut saya yang menyebabkan kenapa industri reksadana kita cukup tertinggal. Dalam pengelolaan dana, setau saya ada 2 strategi investasi:
1. Active investing, dikelola secara aktif. Manajer investasi rajin melakukan stockpicking.
2. Passive investing, dikelola pasif. Jika active investing menggunakan strategi cuan jual, rugi cutloss, pindah saham A, lalu ke saham B, lalu ke C. Sedangkan, passive investing ini akan mencoba meniru kinerja market dalam bentuk indeks. Stockpick sesuai indeks, bobot juga sesuai indeks. Sangat passive.
2. Passive investing, dikelola pasif. Jika active investing menggunakan strategi cuan jual, rugi cutloss, pindah saham A, lalu ke saham B, lalu ke C. Sedangkan, passive investing ini akan mencoba meniru kinerja market dalam bentuk indeks. Stockpick sesuai indeks, bobot juga sesuai indeks. Sangat passive.
Mana yang lebih berisiko? Active Investing. Mana yang SECARA TEORI lebih mendatangkan keuntungan? Active investing. Intinya, kalo nggak rugi besar, ya untung besar, tergantung kepiawaian Manajer Investasi dalam stockpicking.
Apa keunggulan passive investing?
1. Expense ratio yang lebih kecil
Expense ratio merupakan segala biaya yang dikeluarkan oleh Manajer Investasi dalam mengelola dana investor. Biaya pengelolaan reksadana ini bisa menurunkan return yang diterima, apabila expense ratio besar. Ini juga menunjukkan seberapa efisien dan active/passive suatu reksadana dikelola. Makin kecil berarti makin efisien. Simak gambar di bawah:
Saya ambil sampel BNI-AM IDX30 & Batavia Dana Saham. Dalam menyusun portofolio, patokan BNI-AM IDX30 adalah indeks IDX30 secara pasif, expense ratio hanya sekitar 1%. Sedangkan, Batavia dana saham dikelola secara aktif sehingga expense ratio mencapai 4% lebih. Selisihnya lumayan kan?
2. Secara statistik lebih cuan
Saya menggunakan data di US ya. Menurut statistik di USA, Reksadana pasif Index mengalahkan lebih dari 90% reksadana yang dikelola secara aktif. Artinya, hanya ada kurang dari 10% Reksadana yang dikelola secara aktif yang mampu mengalahkan market. Wew!
Walau secara teori, pengelolaan aktif bisa mengalahkan market asalkan stockpickingnya bagus, tapi praktiknya tidak begitu, Gan. Mengalahkan kinerja suatu indeks/market ternyata susah. Saat reksadana dikelola secara aktif, ada banyak faktor, misalkan saja kebijakan perusahaan, peraturan reksadana, kepiawaian MI, emosional, dll. Secara emosional, fund manager (big fund) ini ya sama seperti investor ritel, Gan. Ada saat mereka fear, ada saat mereka greedy, inilah yang kadang membawa diri ke kehancuran. Sangat berbeda dengan reksadana indeks, yang pembuatan portonya mengikuti indeks dan akan diadjust setelah beberapa waktu.
Statistik Performa Reksadana Aktif |
Di USA, pengelolaan Reksadana sudah shifting dari yang secara aktif ke secara pasif. Di tahun 2019, Asset Under Management reksadana pasif bahkan mengalahkan reksadana aktif. Lihat saja grafik di bawah dimana reksadana pasif mengalami peningkatan yang pesat selama 20 tahun terakhir.
Investor US akhirnya mulai sadar bahwa hanya SEDIKIT reksadana aktif yang bisa mengalahkan market/indeks. Inilah yang melatarbelakangi mereka pindah ke reksadana pasif. Investor US cerdas.
Shifting ini disebabkan juga karena infrastruktur investasi pasif yang bagus di USA. Contohnya adalah Manajer Investasi Vanguard. Vanguard adalah sebuah manajer investasi yang mengelola dana secara pasif dan tidak mencoba beat the market. Vanguard membuat produk-produk reksadana pasif yang patokannya berupa indeks-indeks. Hasilnya, performa mereka jadi salah satu MI terbaik disana. Karena performa yang bagus inilah investor di US berbondong-bondong beralih ke reksadana Vanguard (ETF/reksadana konvensional). Vanguard saat ini memiliki market share 25% dari pasar reksadana di USA.
Di Indonesia bagaimana? Sejujurnya saya tidak punya datanya. Tapi saya rasa nggak beda jauh. Tidak banyak MI yang bisa mengalahkan performa indeks/market. Jangan berpikir mengalahkan market deh, jumlah reksadana yang bisa bertahan bertahun-tahun saja sepertinya sedikit dan bisa dihitung jari.
Peningkatan AUM Reksadana Pasif dalam 20 tahun terakhir |
Perubahan aliran uang investor Reksadana |
Kondisi Reksadana di US tahun 1998 vs 2019 |
AUM Vanguard terbesar di US |
IS IT WORTH IT?
Setelah penjelasan yang cukup panjang, kita masuk ke pertanyaan sesuai judul thread ini. Jujur saja, dari tadi dengan penjelasan yang panjang, saya memang sedang menguliti risiko reksadana. Karena jarang ada yang mau bahas pahitnya. Yang dipaparin manis-manisnya saja. Tapi saya ini investor netral. Saya berusaha untuk tidak punya sentimen apapun terhadap suatu produk. Jadi kalo memang ada keuntungannya udah pasti saya bahas. Saya pernah bahas sekilas tentang untung-rugi reksadana disini.
Dengan segala kelebihan dan kerugian reksadana, maka pendapat saya tentang kelayakan investasi di reksadana, sebagai berikut:
1. Worth it untuk reksadana jenis pasar uang & fixed income.
2. Kurang worth it untuk reksadana saham yang dikelola aktif.
3. Jika tertarik investasi saham tapi lewat Reksadana, investasi di jenis RD indeks/ETF.
Referensi:
https://www.marketwatch.com/story/this-chart-shows-how-vanguards-explosive-growth-has-taken-on-a-life-of-its-own-2019-11-20
Referensi:
https://www.marketwatch.com/story/this-chart-shows-how-vanguards-explosive-growth-has-taken-on-a-life-of-its-own-2019-11-20
Komentar
Posting Komentar