5 Tipe Asset Classes (Kelas Aset) dan Alokasi Aset


Ilustrasi Investasi (sumber: CNNMoney)
Hallo, Gans. Kali ini saya ingin membahas tentang tipe-tipe asset classes yang bisa jadi alternatif investasi. Ini dikarenakan saya cukup sering mendengar obrolan yang sepertinya hanya mengarahkan ke satu instrumen saja, seperti saham/P2P lending/emas, padahal kenyataannya ada beberapa kelas aset yang bisa dijadikan opsi saat berinvestasi. Check this out!!

Sejatinya, saat ini hanya ada 5 asset classes yang bisa dijadikan sebagai pilihan berinvestasi, antara lain:
1. Cash, atau equivalent (pasar uang)
2. Bond (obligasi/surat utang)
3. Equities (pasar modal/saham)
4. Real Estate (properti, tanah dll)
5. Commodities (komoditas) 

Penjelasan singkat untuk masing-masing kelas aset:
1. Cash atau cash equivalent
merupakan aset yang berwujud "uang" atau aset yang bisa dikonversi menjadi cash dalam waktu kurang dari 90 hari. Aset ini sangatlah liquid. Bentuk-bentuk cash/equivalentnya, misalkan: uang, valuta asing, deposito.

2. Commodities (Komoditas)
merupakan aset berwujud barang yang diperdagangkan secara global. Contoh: Emas, batu bara, minyak, perak, palladium, hasil agrikultur, dll. Aset ini cukup liquid, tapi juga memiliki fluktuasi harga yang cukup tinggi. Keuntungan investasi didapatkan dari selisih harga jual-harga beli.

3. Real Estate (Lahan Yasan)
merupakan properti, bangunan, tanah, dan segala hak yang melekat atas suatu lahan. Contoh investasi Real Estate, antara lain: kos-kosan, tanah kosong, objek perkantoran, pembangunan kompleks perumahan, kawasan industri, kios, DIRE (Dana Investasi Real Estate), dll. Keuntungan investasi didapatkan dari selisih harga jual-harga beli dan/ atau penyewaan.

4. Bonds (Obligasi)
merupakan surat utang yang diterbitkan oleh negara/perusahaan saat mereka meminjam uang dari investor. Dengan memiliki obligasi ini, investor akan mendapatkan return dalam wujud kupon bunga sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan debitur, ada 2 jenis obligasi:

a. Obligasi Negara
merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah.
- Obligasi Ritel: obligasi yang bisa dibeli perorangan dengan nominal kecil dan biasanya memiliki tenor (maturity) jangka pendek sekitar 2-3 tahun. Contoh: SBR (Saving Bonds Ritel), ST (Sukuk Tabungan), ORI (Obligasi Negara Ritel), SR (Sukuk Ritel).
- Obligasi Jangka Panjang: obligasi yang nominal pembeliannya besar dan jatuh tempo panjang. Contoh obligasi jangka panjang: Obligasi seri FR (Fixed Rates), Sukuk Negara, Obligasi Negara Valas, dll. 

b. Obligasi Korporasi
merupakan surat utang yang diterbitkan oleh korporasi (perusahaan). Di Indonesia ada lembaga bernama PEFINDO yang bertugas untuk memberikan rating atas utang yang diterbitkan perusahaan. Biasanya makin bagus ratingnya, kupon rate akan makin kecil (karena resiko lebih kecil).

Obligasi jangka panjang, ORI, SR, dan Obligasi Korporasi biasanya diperdagangkan di pasar sekunder, sehingga harga dan yieldnya bergerak fluktuatif sesuai dengan permintaan dan penawaran.
5. Equities (Saham)
merupakan investasi terhadap kepemilikan suatu usaha/perusahaan. Bisa dilakukan secara tradisional dengan cara berinvestasi ke teman/relasi yang akan mendirikan usaha atau bisa juga melalui bursa efek (membeli saham perusahaan publik).

Mengapa kita perlu memahami jenis kelas aset ini? Ini diperlukan untuk membuat portofolio terdiversifikasi yang ideal. Tujuan kita membuat portofolio aset ideal adalah untuk memaksimalkan return dan menurunkan risiko. Sejatinya, tiap aset memiliki "musim" dan memiliki karakter risiko/return masing-masing.

MUSIM
Pergerakan harga suatu aset bisa dijelaskan dari kondisi market di suatu waktu. Jadi, tiap aset sebenarnya punya "musimnya" masing-masing. Ada aset yang cocok untuk menghadapi resesi, ada aset yang cocok saat ekonomi sedang berkembang, dll. Contoh: saham merupakan investasi yang buruk saat krisis/resesi, obligasi negara merupakan investasi yang buruk saat ekonomi sedang bergairah (bullish).
Aset sesuai dengan "musim"nya (sumber: tonyrobbins.com)




RISK & RETURN
Selain punya "musimnya" masing-masing, tiap asset classes juga punya karakter risiko & return masing-masing. Hukum high risk, high return berlaku disini. Contoh: saham memiliki karakter return tinggi dengan risk yang tinggi pula. Hari ini bisa untung 10%, esoknya bisa floating loss 10%.
Risk vs Return Beberapa Kelas Aset

ALOKASI ASET (ASSET ALLOCATION)
Jujur saya orangnya cukup konservatif. Alasan saya tidak mau investasi 100% di saham karena tidak siap menghadapi floating loss (drawdown) investasi hingga puluhan persen. Saya ingin berinvestasi dengan agresif, tapi tetap bisa tidur nyenyak. Oleh karena itu, saya berusaha membuat sebuah portofolio asset yang mampu meminimalkan risiko dan memaksimalkan return. Risiko minimal, return maksimal memangnya bisa? Bisa. Modern Portfolio Theory (MPT) mampu menjelaskan bahwa mungkin saja membuat portofolio aset yang memiliki profil risiko rendah, tapi keuntungannya tetap maksimal. Penyusunan alokasi aset ini berdasarkan risikonya (Risk Parity). Saya akan bahas lebih lanjut tentang MPT di lain waktu.

Baca juga : Alokasi Aset ala Investor Top

Untuk yang malas simulasi/research tentang MPT seperti saya, Ray Dalio (founder Bridgewater Associates) pernah menjelaskan tentang alokasi aset yang bisa memberikan return maksimal tapi risikonya cukup kecil, yang dinamai All-Weather Portfolio di buku Money: Master the Game karya Tony Robbins. Setelah disimulasikan untuk periode investasi 1984-2013, All-Weather Portfolio ala Ray Dalio ini mampu mencetak keuntungan 26 kali dalam 30 tahun (artinya hanya 4 tahun portofolio ini rugi) dengan keuntungan compound annual sekitar 10% (di USA, return segini cukup besar). Portofolio ini juga mengalahkan tipe alokasi 60/40 (60% saham, 40% obligasi) yang sering digunakan masyarakat USA.
All-Weather Portfolio ala Ray Dalio (sumber: iwillteachyoutoberich.com)

Saya tidak berani jamin kalau alokasi aset All-Weather Portfolio ala Ray Dalio akan bekerja maksimal di Indonesia, karena saya belum pernah mensimulasikannya dengan kondisi disini. Kondisi sektor keuangan di Indonesia jelas cukup berbeda dengan di USA. Walaupun begitu, saya tetap menjadikan pemikiran Ray Dalio dan Modern Portfolio Theory sebagai referensi dalam menyusun portofolio aset, terutama tentang Risk Parity.

Saat ini, saya menyesuaikan All-Weather Portfolio dengan usia saya. Karena masih muda, saya berani berinvestasi di instrumen dengan risiko yang lebih besar, karena jika mengalami kerugian masih punya cukup waktu untuk mengembalikan kerugian tersebut. Seiring bertambah usia, jelas akan lebih main aman.

FAQ:
X: Reksadana kok tidak ada di tipe asset classes?
Y: Reksadana bukanlah asset classes, melainkan metode/cara berinvestasi. Asetnya ya sesuai dengan underlying asset di reksadana tersebut. Misal. RD saham berarti asetnya saham, RD pendapatan tetap berarti asetnya obligasi.

X: P2P lending kok tidak ada ada?
Y: Kalau menurut saya, P2P Lending masuk ke instrumen Bond (Obligasi). Sistemnya sama, kita memberikan utang ke perusahaan/individu (tapi unbankable) dan kita mendapatkan bunga atas pinjaman yang dilakukan. Tapi ingatlah ada alasan mengapa return di P2P Lending cukup tinggi. Ini terkait dengan rating kredit mereka. Biasanya perusahaan/individu yang meminjam di P2P Lending memiliki rating kredit yang rendah, karena itu mereka tidak bisa mendapatkan pinjaman dari bank. Ya sesuai dengan hukum high risk, high return.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Porositas dan Permeabilitas

Krisis Finansial 2008 (Penyebab dan Dampak)

Ghawar Oilfield, Lapangan Minyak Terbesar di Dunia