Mengupas Saham Gorengan secara Tuntas

Halo, Gans. Kali ini, saya ingin sharing tentang saham gorengan yang akhir-akhir ini semakin meresahkan karena banyaknya korban yang berjatuhan. Bila biasanya korban hanya dari kalangan investor ritel, sekarang bahkan orang yang tidak tau apa-apa seperti dana pensiun dan asuransi pun ikut jadi korban. Enough is enough.


ISTILAH
Istilah saham gorengan sendiri merupakan istilah tidak baku yang disematkan investor ritel Indonesia pada saham-saham yang memiliki pergerakan harga tidak wajar, yang melampaui kewajaran fundamentalnya. Pergerakan harga tidak wajar ini bisa jadi disebabkan oleh ulah pemodal besar (bandar). Sebutan saham gorengan ini merujuk pada sifat gorengan. Gorengan punya sifat cepat panas, cepat dingin. Sama seperti saham gorengan, cepat naik, cepat pula turunnya. Selain itu, juga merujuk pada efeknya ke tubuh. Sesekali dimakan enak, tapi kalau kebanyakan bisa bikin kolesterol. Kalau di US, investor sering menyebut saham yang memiliki karakteristik saham gorengan ini dengan sebutan third liner stocks (saham lapis tiga)/junk stocks (saham sampah)/penny stocks(saham kapitalisasi kecil).

KARAKTERISTIK
Sepengamatan saya, ada beberapa karakteristik saham gorengan:
-memiliki kapitalisasi pasar atau book value yang kecil (di bawah 1 T)
-pergerakan harga yang sangat volatile (ARA/ARB tiba-tiba)
-perusahaannya cenderung memiliki fundamental buruk tapi di tiba-tiba bisa naik gila-gilaan 

Well, tidak semua karakteristik saham gorengan seperti yang saya sebutkan di atas ya. Karena ada pula saham yang kapitalisasi pasarnya besar tapi harganya sungguh tidak masuk akal (endingnya sih di-dump juga). Selain karakteristik di atas ada beberapa karakteristik lain untuk mengenali saham gorengan, seperti volume transaksi yang kecil, valuasi (PER & PBV) yang overvalued.

CARA MENGGORENG SAHAM
Menaikkan harga saham itu sebenarnya gampang asalkan punya modal besar. Coba perhatikan orderbook di bawah. Bagaimana cara saya menaikkan harga dari 4350 ke 4700? Saya tinggal memborong offer (kolom ask) dari penjual dari harga 4350-4700.
Orderbook $SLIS
Modal yang diperlukan berapa? Tinggal kalikan saja harga antara 4350-4700 yang ada di offer dengan jumlah lotnya. Makanya untuk menaikkan harga saham perlu modal yang lumayan. Ini juga yang jadi alasan mengapa saham dengan kapitalisasi kecil lebih mudah digoreng daripada saham kapitalisasi besar. Kalau saham bluechip dengan kapitalisasi pasar puluhan trilyun, biasanya volume transaksi harian sangat besar, jadi cukup susah untuk "goreng".

Ambil contoh BBRI hari ini yang naik 2%, volume buy menyentuh 603 milyar sehari ini. Artinya kalau mau goreng BBRI dan saham bluchip lain modalnya bukan milyar lagi, tapi mungkin trilyunan.
Volume Transaksi Harian $BBRI
Sebenarnya bandar itu siapa? Jujur saya sendiri juga tidak tau. Kalau secara pengertian, bandar ini ya yang punya modal besar dan mampu menggerakkan harga dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Mereka bisa menaikkan dan menurunkan harga sesuai kehendak mereka, karena mungkin mereka sudah beli di harga murah/bottom.

RESIKO SAHAM GORENGAN
1. Volatilitas
Saham gorengan memang menjanjikan return yang tinggi, namun return tinggi ini diikuti dengan resiko yang tinggi pula. Pergerakannya juga susah diprediksi, suka-suka bandar aja. Ya kalau mau terjun di saham gorengan, siapkan mental saja deh!
Volatilitas Saham $MAMI
2. Likuiditas
Saham gorengan yang sedang digoreng (dibuat naik) biasanya volume transaksi cukup tinggi, jadi kamu masih bisa menjual saham yang kamu punya. Tapi kalau saham gorengan yang telah di-dump, volume transaksinya hampir tidak ada karena nggak ada yg mau beli. Akibatnya, ya nyangkut, sahamnya tidak bisa dijual. Kalau saham berfundamental baik harganya turun, kamu masih bisa cutloss, bisa averaging down atau nunggu pembagian dividen supaya dapat untung. Lha, kalau saham gorengan parkir di gocap (50), terus kamu bisa apa? Mau jual juga nggak ada yang beli. Lihat contoh orderbook beberapa saham di bawah. Perhatikan ada jutaan lot saham yang tidak bisa dijual.
Jutaan Lot Saham $POSA yang tidak bisa dijual

Jutaan Lot Saham $RIMO yang tidak bisa dijual
TUJUAN MENGGORENG SAHAM
1. Menjebak investor ritel
Tujuan goreng saham salah satunya untuk menjebak investor ritel nubie dan investor ritel serakah. Investor nubie yg tidak paham apa-apa, kadang melihat harga saham naik drastis langsung beli karena FOMO (takut ketinggalan kereta). Padahal kadangkala saham yang dibeli oleh investor nubie, harganya sudah digoreng sampai pucuk. Hingga kemudian sahamnya di-dump, lalu mereka cutloss. Itupun untung bisa cutloss, kadang malah harus nyangkut karena sahamnya nggak ada yang beli lagi.

Proses menggoreng saham biasanya begini:
Saham fundamental buruk/biasa saja--> digoreng bandar --> naik --> dihembuskan news positif tentang emiten tersebut--> investor ritel mulai terpikat --> makin naik, makin naik --> pucuk --> bandar taking profit --> saham di-dump --> investor ritel nyangkut/cutloss

2. Mengambil Keuntungan dari Investor dengan skema Repo
Salah satu tujuan lainnya dari menggoreng saham adalah untuk mengambil keuntungan dari transaksi repo. Repo (Repurchasement Agreement) saham merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang dengan jaminan berupa saham. Seperti perjanjian pinjam meminjam lain, si peminjam berjanji untuk membayar pinjaman + bunga, jika gagal bayar maka sahamnya akan jadi milik dari pemberi pinjaman.

Contoh:
Messi punya saham ABCD sejumlah 1000 lot (harga Rp 10000/lembar), artinya saat itu nilai sahamnya sebesar 1 milyar rupiah. Lalu, Messi mengajukan pinjaman uang ke Ronaldo. Kalau nilai saham 1 M, tidak mungkin pinjam 1 M juga (biasanya hanya 50%). Anggap saja pinjam 500jt.
Messi pinjam uang 500jt dengan janji dibayar setahun lagi dan bunga 12%/tahun ke Ronaldo. Setahun kemudian, ternyata Messi tidak kunjung membayar hutangnya. Setelah lewat jatuh tempo, akhirnya saham Messi tadi jadi milik Ronaldo. Ronaldo sekarang punya hak untuk menjual saham tersebut. Bayangkan jika:
a. Harga saham naik ke 20.000 karena kinerjanya bagus.
Profit/Loses Ronaldo = 2M-0.5M =1.5 M (untung)
b. Harga saham turun ke 1.000 karena pas pinjam itu harganya sedang digoreng sampai pucuk padahal fundamentalnya buruk
Profit/Loses Ronaldo = 0.1-0.5 = 0.4 M (rugi) 
Kesimpulannya, kalau saham yang direpo itu fundamentalnya bagus ya it's fine, bisa saja mendatangkan keuntungan. Lha, kalau fundamental sahamnya buruk (untungnya kecil/rugi), terus direpo saat harganya overvalued karena digoreng (PER & PBV besar banget) bukan untung malah buntung. Contoh real kasus repo yang mendatangkan kerugian emang ada? Banyak. Contohnya: dana pensiun pertamina, jiwasraya dan yang terbaru Asabri (dugaan saya).

Intinya, salah satu tujuan kegiatan goreng saham ini agar bisa mendapatkan utang dari kreditur melalui skema repo. Padahal mungkin at the first place, mereka sama sekali tidak berniat membayar hutang tersebut. Niatnya memang hanya supaya dapat duit dari kreditur dalam jumlah besar.

3. Keperluan Window Dressing
Salah satu tujuan menggoreng saham adalah untuk keperluan window dressing. Window dressing merupakan kegiatan mempercantik laporan keuangan perusahaan agar tampak bagus di mata share holder. Cukup sering perusahaan yang memiliki kegiatan pengumpulan dana dari masyarakat (reksadana, asuransi), melakukan aksi window dressing. Aksi window dressing yang diikuti dengan kegiatan menggoreng saham ini bertujuan agar aset saham yg dimiliki harganya naik (mahal). Jika harga saham mahal, sama dengan asetnya makin besar. Dengan aset yang terlihat makin besar dan unrealized profit yang diakui sebagai pendapatan, tentunya investor menganggap "Wah perusahaan ini sehat, asetnya naik terus, laba bersih positif, untung, ekuitasnya juga naik".

Padahal kenaikan harga saham tersebut bukan karena mekanisme pasar yang sehat, tapi dikarenakan hasil dari aksi goreng saham. Contohnya? Jiwasraya. Jiwaasraya yg sebenarnya sudah bobrok sejak lama, baru ketahuan bobroknya tahun 2018, karena mereka menggunakan Manajer Investasi yang rajin goreng saham. Tampaknya di laporan keuangan, perusahaan JS selalu untung dan sehat, padahal itu semua cuma di atas buku. Aslinya berdarah-darah.

OUTLOOK MASA MENDATANG
Dengan terjadinya kasus Jiwasraya, Bumiputera, dan Asabri, saya berharap otoritas benar-benar melakukan bersih-bersih pada para bandar nakal agar industri jasa keuangan dipandang lebih reliable oleh investor. Jangan sampai kejadian-kejadian terburuk dalam industri keuangan ini hanya berakhir di kata "ganti bandar".

Kalau yang transaksi saham gorengan hanya para trader gorengan & bandar sih saya nggak terlalu peduli ya. Untung-rugi ya memang karena ulah mereka sendiri. Tapi kalau sampai melibatkan dana pensiun dan asuransi kok menurut saya lumayan tidak bermoral ya. Yuk otoritas jangan biarkan para bandar nakal ini merampok uang investor. Otoritas harus mulai mengedepankan aspek moralitas dalam regulasi dan pengawasan.

Saat ini pihak otoritas sedang menggodok aturan "market maker". Patut dinantikan bagaimana detail peraturan ini, apakah nantinya akan menyuburkan bandar atau membuat industri jasa keuangan makin sehat. Yuk pantau!

MENYIKAPI SAHAM GORENGAN
-Untuk investor saham langsung
1. Abaikan
Mengabaikan adalah cara terbaik dalam menyikapi fenomena saham gorengan. Tak usah terpikat dgn untungnya yang ratusan bahkan ribuan persen. Anggap saja angin lalu. Biarkan saja para bandar menari-nari sendiri di saham gorengan itu. Untuk lebih aman dalam berinvestasi saham, belajarlah analisa fundamental. Dari situ kita bisa memahami apakah saham perusahaan yg dibeli itu layak investasi atau tidak.

-Untuk investor saham tidak langsung (reksadana, asuransi, dana pensiun)
1. Rajin cek laporan keuangan perusahaan
Jika teman-teman berinvestasi di RD, atau punya asuransi, dapen, rajinlah untuk mengecek laporan keuangan perusahaaan atau prospektus. Laporan keuangan bisa menunjukkan kesehatan perusahaan dan portofolio investasi perusahaan tersebut. Kamu harus tau dimana perusahaan menginvestasikan uangmu. Jangan cuma ngikut-ngikut aja, sambil berasumsi "pasti aman". Dari mana bisa mendapatkan lapkeu? Ketik saja di google "laporan keuangan tahun XXXX perusahaan YYY". Asuransi/RD/dapen yang berada di bawah pengawasan OJK diwajibkan untuk menerbitkan laporan keuangan setidaknya setahun sekali. Jika asuransi/RD/dana pensiunmu tidak melakukan itu, bisa kamu laporkan ke OJK untuk nantinya bisa ditindak lebih lanjut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Porositas dan Permeabilitas

Krisis Finansial 2008 (Penyebab dan Dampak)

Ghawar Oilfield, Lapangan Minyak Terbesar di Dunia