Apa itu Reksadana?
Hallo, Gans. Juragans pasti sudah sangat sering mendengar istilah Reksadana, entah itu dari berita, dari teman ataupun media sosial. Tapi, sebenarnya apa sih Reksadana itu? Mengapa instrumen investasi ini sangat menarik? Yuk, mari mengenal reksadana!
Menurut KBBI, reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Paham? Kalau belum paham, penjelasan sederhananya begini, diibaratkan apabila produk investasi merupakan kendaraan, maka reksadana adalah kendaraan publik. Berbeda dengan kendaraan pribadi yang mana kita harus rajin mengisi bahan bakar, maintenance, mengeluarkan uang tol, parkir dll, kita hanya perlu membayar sejumlah uang untuk bisa naik transportasi publik dan sampai ke tujuan. Bisa dibilang, reksadana merupakan produk investasi simpel yang bisa mengakomodasi orang-orang dengan pengetahuan, waktu, dan effort terbatas.
Bagaimana cara kerja reksadana? Cara kerja reksadana sebagai berikut, sebuah manajer investasi atau perusahaan reksadana menjual unit-unit reksadana ke masyarakat, lalu hasil penjualan unit akan diinvestasikan ke produk investasi sesuai dengan jenis reksadananya. Unit reksadana ini bisa terdiri dari beberapa produk investasi. Misalkan, Mr.A membeli Reksadana Pasar Uang X yang memiliki portfolio di obligasi, dan deposito, maka sama saja Mr. A berinvestasi di kedua produk tersebut, karena yang namanya unit merupakan campuran dari produk-produk investasi tersebut.
Skema Reksadana (Source: https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowledge/trading-investing/mutual-funds/) |
Lantas, bagaimana berinvestasi di Reksadana bisa mendatangkan keuntungan? Dalam reksadana, ada yang namanya NAB (Nilai Aktiva Bersih). Nilai Aktiva Bersih merupakan nilai seluruh asset yang dikelola oleh manajer investasi. Asset ini bisa bertambah dan berkurang seiring dengan pertumbuhan produk investasi yang diinvestasikan oleh manajer investasi (MI). Jadi, keuntungan hanya akan terjadi apabila produk investasi yang diinvestasikan oleh MI mengalami pertumbuhan juga. Misalkan MI berinvestasi di saham, lalu harga saham naik, maka otomatis NAB reksadana juga akan naik, atau misalkan manajer investasi berinvestasi di obligasi lalu mendapatkan kupon, maka otomatis NAB reksadana juga akan naik. Selisih antara NAB jual dan NAB beli inilah margin keuntungan kita. Keuntungan reksadana hanyalah dari capital gain (selisih harga jual-beli) saja.
Ada beberapa jenis Reksadana yang biasa dikenal oleh masyarakat (Reksadana Konvensional), antara lain:
1. Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund)
Reksadana pasar uang (RDPU) merupakan reksadana yang portfolio investasinya berisi sekurang-kurangnya 80% efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun, seperti pada deposito dan obligasi jangka pendek. Reksadana ini memiliki resiko yang bisa dibilang sangat minimal, NAB hampir selalu bertumbuh setiap tahun. Namun tentunya prinsip low risk low return berlaku ya. Return yang didapatkan dari RD-PU biasanya lebih besar sedikit dari return deposito di bank-bank besar.
2. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)
Reksadana pendapatan tetap merupakan reksadana yang portfolio investasinya berisi sekurang-kurangnya 80% efek bersifat utang, seperti pada obligasi jangka panjang. Obligasi jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu negara terkadang memang didesain bukan untuk dibeli oleh individu, melainkan untuk investor institusi karena minimal pembelian yang cukup besar (minimal Rp 50.000.000,-). Contoh obligasi jangka panjang yaitu obligasi seri FR (Fixed Rate), seri INDON (Obligasi Negera Valas), dll.
3. Reksadana Campuran
Reksadana campuran merupakan reksadana yang portfolio investasinya berisi campuran efek bersifat ekuitas dan utang.
4. Reksadana Saham
Reksadana saham merupakan reksadana yang portfolio investasinya berisi sekurang-kurangnya 80% efek bersifat ekuitas atau saham. Karena "isinya" saham, sudah pasti kinerja reksadana ini akan bergantung sekali dengan performa saham yang dipilih oleh Manajer Investasi (stockpicking). Tidak hanya itu, reksadana saham juga sangat tergantung dengan kondisi bursa (IHSG). Saya kurang merekomendasikan investor yang memiliki profil konservatif (tidak tahan melihat harga turun/naik) untuk berinvestasi di jenis reksadana saham ini.
Sebagai investor, alangkah lebih bijak sebelum berinvestasi di reksadana membaca PROSPEKTUS dan FUND FACT SHEET (Lembar Fakta Reksadana). Melalui dokumen tersebut kita bisa melihat pertumbuhan, komposisi portofolio, dll yang tentunya akan sangat mempengaruhi keputusan dalam pembelian reksadana.
Pada zaman dulu, untuk membeli reksadana bisa dibilang cukup repot karena harus rajin ke bank dan harus siap membeli dalam nominal yang besar. Namun, di zaman sekarang membeli reksadana sangat mudah dan simpel, bisa dilakukan secara online melalui berbagai mitra dengan hanya bermodal 10.000 rupiah. Mitra penjualan reksadana, antara lain: Bareksa, Tanamduit, Invisee, Bibit, Ajaib, Indopremier, Tokopedia, Bukalapak, beberapa sekuritas (BNIS, Mandiri Sekuritas), dll. Karena kemudahan di era sekarang, jangan sampai kita melewatkan kesempatan untuk berinvestasi di reksadana ya. Yuk mulai nabung reksadana sekarang!!
Baca juga : Reksadana, Worth it atau Tidak?
Baca juga : Reksadana, Worth it atau Tidak?
Komentar
Posting Komentar