KKN Tematik ITB 2016: Satu Asa untuk Indonesia

Minggu, 18 September 2016
Mega mendung terus menyelimuti Desa Mekarwangi, Kec. Talegong, Kabupaten Garut sejak pagi hari. Cuaca ini seakan tidak mendukung acara yang akan kami laksanakan. Tepat hari ini, rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik ITB 2016 akan diakhiri. Jembatan, Gedung Serbaguna, dan MCK yang kami bangun di desa kecil ini akan diresmikan. Itu artinya segala usaha dari mulai kuliah, survei, FGD, dan tentu saja pelaksanaan akan berakhir hari ini. Sebagai salah satu personel
tim Infrastruktur, peresmian ini sungguh menjadi momen yang saya nantikan. Akhirnya, jembatan yang telah 2 bulan kami bangun sejak akhir Juni 2016 lalu, bisa dipakai kembali oleh masyarakat sekitar. Jembatan yang memiliki panjang hampir 36 m, bertipe gantung telah selesai dibangun. Walaupun banyak kendala terjadi namun Alhamdulillah Allah masih memberikan kesempatan bagi kami untuk menyelesaikan Jembatan Asa Ganesha.



Jembatan sebelum direnovasi




Jembatan setelah direnovasi


Sembari mempersiapkan peresmian, aku mengingat-ingat apa yang telah kami lakukan di desa ini saat KKN berlangsung (18 Juli 2016 - 8 Agustus 2016). Ingatanku pun flashback pada saat-saat itu. Ada banyak hal yang ingin aku kenang. Sebagai peserta KKN tentu saja aku sangat mengingat momen berharga bersama anak-anak infrastruktur lain. Momen-momen seperti mengaduk semen, meng-estafetkan ember berisi material, mengangkat plat lantai jembatan yang beratnya lebih dari 1 kwintal, bermain bola di sawah, mendiskusikan ini itu mengenai jembatan, mengangkat batu kali dari sungai, belanja ke pasar yang jaraknya 2 km dengan trek naik, dll. Capek sih. Lelah sih. Tapi, kami merasa enjoy aja. Hingga 3 minggu di desa ini menjadi tidak terasa. Aku tidak akan berbohong apabila ditanya mengenai betapa menguras tenaganya KKN Tematik 2016. Badan rasanya seperti mau copot semua. Tapi, dari situlah aku belajar bagaimana rasanya tidur nyenyak dan makan dengan "enak". Aku tidak akan berbohong apabila ditanya mengenai betapa tidak lengkapnya fasilitas di desa ini. Ya MCK layak tidak ada. Ya air minum juga mungkin tidak terjamin. Tapi dari situlah aku belajar bagaimana rasanya bersyukur. Aku tidak akan berbohong tentang bagaimana kondisi masyarakat saat kami melakukan pengabdian. Teringat lagi saat kami membangun pondasi jembatan hanya beberapa masyarakat ikut membangun. Rata-rata yang ikut hanya masyarakat sekitar (kampung Cikawung). Sedangkan masyarakat kampung lain di desa ini sangat sedikit yang mau membantu. Padahal tiap hari mereka menggunakan jembatan ini. Mau pakai tapi tidak mau membangun.

Di KKN ini kutemukan rekan-rekan hebat. Orang hebat dengan pemikiran luar biasa. Di KKN inilah banyak dari kami meletakkan pondasi pemikiran. Di KKN inilah kami belajar dan dibentuk. Dibentuk menjadi pribadi yang peduli dengan masyarakat dan punya idealisme tinggi. Pikiranku menjadi tidak hitam putih mengenai kehidupan ini. Aku tidak lagi berpikiran bahwa hidup itu seharusnya begini, hidup seharusnya begitu. Pada titik inilah aku menyadari bahwa aku harus lebih belajar mengenai kehidupan. Mencoba ini, mencoba itu untuk lebih mengerti tentang kehidupan. Paling penting dari KKN ini bagi saya adalah momen refleksi diri. Refleksi mengenai apa yang hal positif yang sudah kita lakukan untuk orang lain. Kata-kata dari Buya Hamka yang selalu menjadi pengingat bagi saya, "Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar kerja, kera juga kerja."

KKN ini hanyalah titik awal bagi kami untuk mulai membangun masyarakat, hingga akhirnya membangun Indonesia di masa depan. Semoga tetap istiqomah dalam setiap usaha yang dilakukan. Aamiin. Terima kasih KKN atas pelajaran berharganya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Porositas dan Permeabilitas

Krisis Finansial 2008 (Penyebab dan Dampak)

Ghawar Oilfield, Lapangan Minyak Terbesar di Dunia