BREXIT Jadi Kenyataan
Tepat tanggal 23 Juni 2016 muncul berita yang mengejutkan dari Britania Raya (merujuk pada persekutuan 4 negara, Scotland, Wales, England, and Northern Ireland). Apa berita mengejutkan itu? Berita itu adalah keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa. Peristiwa ini disebut BREXIT. Sebenarnya ini bukan berita baru. Awal Juni lalu, sebenarnya bukan Juni juga, sejak bulan Februari lalu sudah disebarkan isu akan adanya referendum mengenai posisi Britania Raya di Uni Eropa. Lalu, Mei-22 Juni 2016 disosialisasikan mengenai referendum ini. Dari kampanye hingga debat terbuka dilakukan untuk mempengaruhi rakyat Britania Raya. Kemudian, tanggal 23 Juni 2016 7 am-10 pm,
dilakukanlah referendum (voting). Inilah form referendum itu:
dilakukanlah referendum (voting). Inilah form referendum itu:
Hasilnya, sebagian besar rakyat Britania Raya memilih keluar dari Uni Eropa. Berikut adalah hasil dari referendum:
Hasil referendum di atas pasti cukup membuat pro/kontra. Banyak pihak yang menyayangkan keputusan untuk keluar dari Uni Eropa. Dari infografis di atas, kebanyakan yang memilih leave adalah golongan tua. Sedangkan, golongan muda sebagai penerus bangsa malah menginginkan tetap tinggal. Ini artinya masa depan gol muda telah ditentukan oleh gol tua. Padahal golongan muda lah yang akan meneruskan pembangunan di masa depan.
Asal Usul Muncul BREXIT
Tidak ada asap kalau tidak ada api. Tidak mungkin isu BREXIT ini dilempar secara tiba-tiba ke publik. Pasti ada hal yang menyebabkan mengapa sebagian rakyat menginginkan adanya referendum ini. Tapi sebelum itu, saya ingin menjelaskan dulu mengapa referendum BREXIT bisa terselenggara. Referendum ini terselenggara akibat dari janji kampanye David Cameron, Perdana Menteri Inggris pada pemilu 2015. Referendum ini didukung oleh 2 partai yaitu Conservative Party (partai peraih suara nomor 1) dan United Kingdom Independence Party/UKIP (partai peraih nomor 3). Partai nomor 2, Labour Party cenderung memilih untuk tetap tinggal di Uni Eropa. UKIP beranggapan bahwa rakyat Britania Raya belum mendapatkan lagi referendum mengenai posisinya di Uni Eropa. Terakhir kali, referendum mengenai posisi Britania Raya di Uni Eropa dilakukan tahun 1975. Padahal, kondisi Uni Eropa sekarang sudah cukup berbeda dengan kondisi saat tahun 1975.
Selanjutnya, mengapa wacana BREXIT bisa muncul? Faktor pertama, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, karena kondisi Uni Eropa sekarang sudah cukup berbeda dari kondisi di masa lalu. Sekarang, Uni Eropa dipandang makin ekstrim dan makin mengontrol. Salah satu contoh adalah adanya wacana dari President of EU Commissions, Jean-Claude Juncker tentang pembentukan European Army (Angkatan Bersenjata Eropa). Ini tweetnya:
Selain contoh tersebut, yang mendorong isu BREXIT keluar ke permukaan adalah sebagian rakyat Britania Raya menilai Uni Eropa terlalu berkuasa (menguasai). Peraturan/kebijakan/hukum Uni Eropa lebih kuat daripada peraturan/kebijakan/hukum Britania Raya di negara-negara Great Britain. Secara hierarki, hukum Uni Eropa memang berada di atas hukum negara. Padahal yang menyusun hukum Uni Eropa adalah banyak pihak dari berbagai negara. Juga banyak peraturan/kebijakan dari Uni Eropa itu yang mengekang mereka dan memperlambat ke arah kemajuan, seperti kebijakan pajak & bantuan pada negara-negara hampir bangkrut seperti Yunani. Menurut salah satu sumber, Britania Raya sudah memberikan "banyak" ke Uni Eropa. Britania Raya telah menyumbang ber-billion-billion poundsterling ke Uni Eropa. Intinya, BREXIT muncul karena adanya kekecewaan rakyat Britania Raya dengan Uni Eropa.
Faktor kedua adalah adanya isu-isu strategis di Great Britain seperti isu imigrasi, kedaulatan. Ini sebenarnya tidak terlalu diungkap secara gamblang di media. Tapi banyak pihak beropini kalau isu imigrasi juga mendorong BREXIT muncul hingga akhirnya terpilih di referendum tgl 23 Juni 2016. Dengan adanya Uni Eropa, banyak warga-warga Eropa non-Britain yang masuk ke negara Britania secara bebas. Dengan banyaknya imigran tentu saja bisa mengubah sedikit tatanan negara hingga memunculkan permasalahan lain seperti: menyempitnya lapangan kerja, SARA, singgungan budaya dll. Faktor kedua ini memang masih dugaan dari beberapa pihak tapi menurut saya cukup make sense.
Pro dan Kontra BREXIT
Keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa mengejutkan banyak pihak. Banyak pihak masih tidak percaya apabila BREXIT benar-benar terjadi. Sebelum referendum muncul berbagai pro dan kontra terkait referendum ini.
Pihak yang kontra (memilih tetap masuk di Uni Eropa) antara lain: David Cameron, Sadiq Khan, Nicole Sturgeon, David Beckham, Economists, klub-klub EPL dll. Yang paling getol tentu saja sang PM Inggris, David Cameron. Sebenarnya cukup aneh sih, dia yang menjanjikan adanya referendum serta partainya, Conservative Party, yang mendukung dilaksanakan referendum, tapi dia juga yang tidak setuju keluar dari Uni Eropa. Pendapat dari Dave adalah Inggris lebih aman, lebih kuat apabila tetap menjadi bagian Uni Eropa. Selain itu, volume perdagangan juga berasal dari negara Uni Eropa jadi sebaiknya Britania baiknya tetap tinggal. Ini infografis mengapa harus REMAIN:
Pihak yang pro terhadap BREXIT cukup banyak antara lain: Boris Johnson, The Sun, Nigel Farage, dll. Alasannya sih seperti 2 faktor yang sudah disebutkan di atas. Tidak lepas dari isu kemandirian.
Efek dari BREXIT
Dengan keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa pasti akan menyebabkan banyak efek, baik itu negatif maupun positif. Efek-efek ini juga sebenarnya masih dugaan. Saya lebih suka menyebut dugaan daripada prediksi. Sejauh ini belum pernah ada negara yang keluar dari Uni Eropa sehingga menurut saya masih cukup sulit memprediksi akan jadi apa Britania Raya nantinya. Banyak yang menduga dengan keluarnya Britania Raya akan lebih banyak berdampak buruk, terutama di bidang ekonomi. Nilai kerjasama Britania Raya dan negara-negara Uni Eropa dinilai akan menurun karena harga perdagangan antar negara akan makin mahal dengan kebijakan bea-cukai yang berbeda dengan kebijakan Uni Eropa. Tanda-tanda menurunnya ekonomi Britania Raya bisa dilihat hari ini dengan adanya pelemahan nilai tukar Poundsterling. Penurunan nilai tukar ini merupakan yang terparah sejak tahun 1985. Yang jelas akan terkena efek negatif dari BREXIT adalah EPL (tidak lepas dari sepakbola ya wkwk). Karena BREXIT, jelas pemain eropa non-Britania tidak bisa bebas berlaga di Inggris. Kalau tidak salah akan ada peraturan mengenai batas minimal usia mendapat izin kerja, batas minimal permainan di timnas dll. Pokoknya banyak batasan. Sehingga menurut saya EPL akan terkena dampak negatif yang lumayan pada perkembangan EPL. Selain efek negatif yang akan dirasakan Britania Raya, negara Eropa lain juga dinilai akan mengalami penurunan ekonomi. Contoh yang cukup jelas adalah menurunnya harga saham Jerman dan Prancis saat BREXIT diumumkan sebagai hasil dari referendum hari ini.
Walaupun begitu, tetap saja kita tidak bisa mengkerdilkan Britania Raya. Bisa saja banyak dampak positif yang timbul, seperti kedaulatan di berbagai bidang. Yang pasti akan menimbulkan dampak positif menurut saya adalah tim nasional sepakbola. Hehehe... Saat ini, 65% pemain EPL merupakan warga Uni Eropa. Dengan adanya BREXIT, saya memprediksi pemain dari Eropa akan sedikit menurun. Sehingga pemain dari Britania Raya yang bermain di EPL bisa makin banyak. Jelas ini bagus untuk TimNas Britania Raya..
Efek Brexit untuk Indonesia
Indonesia jelas tidak akan merasakan efek secara langsung. Tapi, Indonesia diyakini tetap merasakan efek antara lain di perdagangan. Dengan adanya BREXIT, memungkinkan hubungan bilateral antara Britania Raya dan Indonesia bisa lebih erat dibanding saat Britania masih menjadi bagian Uni Eropa. Di lain pihak karena Britania keluar, automatis setoran anggota Uni Eropa juga menurun sehingga bisa menyebabkan juga menurunnya bantuan Uni Eropa ke negara berkembang termasuk Indonesia. Intinya sih, efek BREXIT untuk Indonesia masih belum pasti, tergantung dari kinerja Britania Raya di masa mendatang. Sebagai sebuah negara, sikap kita yang seharusnya adalah selalu waspada terhadap segala efek yang timbul. Harapannya tentu saja, Indonesia tidak merasakan efek negatif dari BREXIT ini.
Efek Brexit untuk Indonesia
Indonesia jelas tidak akan merasakan efek secara langsung. Tapi, Indonesia diyakini tetap merasakan efek antara lain di perdagangan. Dengan adanya BREXIT, memungkinkan hubungan bilateral antara Britania Raya dan Indonesia bisa lebih erat dibanding saat Britania masih menjadi bagian Uni Eropa. Di lain pihak karena Britania keluar, automatis setoran anggota Uni Eropa juga menurun sehingga bisa menyebabkan juga menurunnya bantuan Uni Eropa ke negara berkembang termasuk Indonesia. Intinya sih, efek BREXIT untuk Indonesia masih belum pasti, tergantung dari kinerja Britania Raya di masa mendatang. Sebagai sebuah negara, sikap kita yang seharusnya adalah selalu waspada terhadap segala efek yang timbul. Harapannya tentu saja, Indonesia tidak merasakan efek negatif dari BREXIT ini.
Komentar
Posting Komentar