Allah Telah Menakdirkan

Pada kesempatan berbahagia ini, saya ingin berbagi sebuah cerita mengenai kakak saya. Perkenalkanlah kakak saya bernama Anisa. Ceritanya ini adalah seputar pencarian perguruan tinggi. Untuk mendapatkan sebuah kursi di Perguruan Tinggi, kakak saya mengalami runtutan kejadian. Runtutan kejadian ini bila dilihat-lihat, ternyata bisa menjadi cerita yang cukup bagus. Sebuah cerita yang mungkin bisa menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk selalu khusnudzan/berprasangka baik pada Sang Pencipta Kehidupan di saat kegagalan menimpa. Begini ceritanya...


Cerita ini terjadi pada tahun 2013. Ketika itu, kakak saya sedang ada di kelas 3 SMA. Kakak saya sekolah di SMA 1 Tunjungan Kab Blora. Sekolah ini bisa dibilang sebagai sekolah terbaik nomor 3 di Kab Blora setelah SMA 1 Blora dan SMA 1 Cepu. Mendekati pendaftaran SNMPTN, kakak saya bingung mendaftar PTN mana yang ingin dimasukki. Setelah melewati, segala pertimbangan, dia cukup percaya diri memasukkan nama IPB sebagai universitas destinasinya. Walaupun belum ada alumni dari sekolahnya yang kuliah di IPB, dia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di IPB. Dari segi prestasi memang kakak saya agak lumayan sih. Dia sering masuk ranking paralel di SMA nya. Setelah berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan terlewati akhirnya pengumuman SNMPTN tiba. Hasilnya apa? Jelas. Kakak saya ditolak. Hehehehehe. Peace, mbak. Kakak saya tidak diterima di IPB. Di universitas pilihan kedua, Undip, pun juga tidak. Artinya, kakak saya harus berjuang di jalur tulis.

Di SBMPTN, kakak saya menjadi keder. Kakak saya jadi takut kalau ditolak lagi. Dia tidak ingin menganggur/menunggu selama setahun. Akhirnya, diturunkan minatnya. Dia memilih Unnes (Universitas Negeri Semarang) sebagai tujuannya. Selain itu, dia memilih jurusan yang baru dibuat di Unnes kala itu. Dia memilih Teknik Kimia. SBMPTN pun diikuti oleh kakak saya dengan harapan diterima karena mungkin pilihannya sekarang tidak setinggi sewaktu di SNMPTN. Akhirnya setelah menunggu ternyata kakak saya...... gagal lagi. Dia ditolak lagi. Teman-temannya yang prestasi saat SMA di bawah kakak saya ternyata malah banyak yang diterima di SBMPTN. Alasannya nggak keterima sih katanya kakak saya bilang pas ngisi di LJK, salah menuliskan kode soal. Duh...

Karena nggak diterima dimana-mana, kakak saya mencari jalan di ujian mandiri. Dia mencoba daftar univ ini univ itu. Lalu, sebuah pengumuman menggembirakan datang. STAN membuka lagi mahasiswa baru di tahun 2013. Kenapa saya katakan berita menggembirakan? Karena pada tahun 2012, STAN tidak menerima mahasiswa baru. Jadi, ya ini kabar baik. Lalu, pendaftaran pun dibuka. Kakak saya yang tidak ingin menganggur, memutuskan mendaftar. Kakak saya memilih-milih jurusan. Sistemnya seperti SNMPTN, bedanya kalau di STAN disuruh memilih 6 jurusan sesuai prioritas. Saya ingat betul, dulu yang memilih urutan jurusan-jurusan adalah saya. Lalu, kakak saya pun mulai belajar soal – soal tes masuk STAN. Saya yang dulu punya cita-cita masuk STAN, sudah lumayan hafal dengan soal-soal yang akan diujikan di STAN. Karena, sejak kelas 1 SMA saya sudah mulai belajar soal-soal itu. Sehingga, kakak saya sering tanya-tanya terutama yang bagian TPA. Hari tes tulis pun tiba, kakak saya mengikutinya. Setelah tes, dia sampai rumah. Saya yang penasaran apakah dia bisa mengerjakan atau tidak, lalu mengecek jawabannya di lembar soal yang dibagikan. Saya lihat banyak yang kosong. Soal-soal TPA banyak yang kosong. Bagian matematika dasar juga ada yang kosong. Saya pun pesimis kalau kakak saya bisa lolos ke tahap selanjutnya. Hari pengumuman pun tiba. Ternyata dia lolos ke tahap selanjutnya. What a luck!!

Tahap selanjutnya adalah tes fisik dan wawancara. Saat itu, kakak saya harus ujian di Stadion Jatidiri, Semarang. Kalau tidak salah sih waktu itu kakak saya sedang sakit. Soalnya, sebelum hari tes dia berlatih lari-lari di lapangan dekat rumah, hingga kakinya kaku dan badannya panas. Mendengar cerita itu saya sih hanya berdoa, semoga bisa diterima di STAN. Walaupun agak pesimis sih. Pengumuman kelulusan pun tiba. Jreng jreng jreng jreng.... Ternyata, kakak saya diterima. Ya kakak saya diterima di STAN D3 Jurusan Pengurusan Piutang Lelang Negara. Saya senang dengan berita ini. Karena, STAN kan ikatan dinas. Menurut saya, walaupun ada kabar kalau sudah tidak otomatis bekerja tapi pasti masih tetap ada istilah “diutamakan”. Artinya, sekuritas kerja lulusan STAN di masa depan lebih terjamin dibanding apabila diterima di PTN (tanpa mendiskreditkan universitas lain). Jadi, jujur menurut saya, bagi kakak saya diterima di PTK lebih baik daripada diterima di PTN.

Jika mengingat-ingat kejadian-kejadian di atas, saya pasti sedikit merinding. Saya merinding betapa rencana Tuhan ternyata sangat luar biasa. Saya sering bertanya-tanya karena kejadian ini seperti: bagaimana jika kakak saya tidak salah mengisi kode soal di LJK saat SBMPTN? Bagaimana jika SNMPTN nya diterima? Bagaimana jika dia lulus tahun 2012? bagaiman jika STAN tidak buka pendaftaran mahasiswa baru seperti pada tahun 2012? bagaimana jika... bagaimana jika ........

Sungguh teman-teman, apapun kegagalan yang menimpa kita semua hari ini, jangan sampai membuat kita putus asa. Harusnya kegagalan yang pernah menimpa kita, bisa membuat kita lebih bersemangat lagi. Lebih menguatkan usaha dan memperbanyak doa. Kita harus yakin apabila Sang Penguasa Jagat Raya telah menyiapkan rencana-rencana yang lebih indah lagi. Kita hanya harus terus berikhtiar...



*Tulisan ini saya persembahkan untuk Kakak saya yang pada tahun 2016 ini, InsyaAllah akan diwisuda. Mohon doanya ya guys. Semoga barokah ilmunya, mbak. *Selain itu, tulisan ini juga saya persembahkan bagi para pejuang pendidikan yang sedang ditolak oleh PTN lewat SNMPTN ataupun SBMPTN. Dunia ini belum berakhir coi...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Porositas dan Permeabilitas

Krisis Finansial 2008 (Penyebab dan Dampak)

Ghawar Oilfield, Lapangan Minyak Terbesar di Dunia