Mengenal Jenis Gas (Piped Gas, LNG dan CNG)
Gas Konvensional atau yang sering disebut gas alam adalah salah satu sumber energi dalam kehidupan. Posisinya menjadi penting, sepenting posisi minyak bumi dan batu bara dalam percaturan energi nasional. Walaupun dalam beberapa dasawarsa lalu, pamornya tidak sementereng minyak bumi/batubara namun gas alam menunjukkan bahwa mereka pantas untuk dilirik. Tuntutan zamanlah yang menyebabkan gas alam ini mulai sering digunakan. Dari permasalahan iklim hingga ekonomi, menjadi latar belakang mengapa gas alam ini menjadi primadona baru di masyarakat. Dari sisi harga, gas alam memang lebih murah dibandingkan harga minyak bumi. Selain itu, katanya gas alam adalah energi yang lebih "bersih". Selain dari permintaan konsumen, Program Mix-Energy 2025 pemerintah juga sebenarnya berperan dalam perkembangan gas alam di masyarakat.
Gas alam ternyata selain digunakan untuk sumber energi, juga sering digunakan untuk keperluan industri seperti bahan dasar untuk polimer plastik, industri pupuk dan lain-lain. Gas alam memiliki ciri khas pembeda dengan minyak bumi yaitu lebih banyak terdapat molekul ringan daripada berat. Gas alam sebagian besar merupakan rantai pendek seperti: etana, metana. Etana inilah nantinya akan melahirkan berbagai turunan polimer, yang misalnya akan sangat berguna pada industri plastik.
Gas alam, seperti sudah disebutkan sebelumnya, merupakan salah satu sumber energi utama di dunia, selain minyak bumi. Oleh karena itu, banyak negara-negara berlomba-lomba mendapatkan gas alam. Gas alam terus dicari hingga kini, karena diyakini lebih ramah lingkungan dibandingkan minyak bumi. Apa perbedaan gas alam dan minyak bumi? Tidak terlalu berbeda sebenarnya. Sama-sama energi fosil, sama-sama hidrokarbon. Tapi, jika teman-teman belajar mengenai tipe-tipe fluid reservoir, maka teman-teman akan mengetahui jika hanya ada 5 tipe fluida reservoir hidrokarbon yaitu dry gas, wet gas, retrograde gas, volatile oil dan black oil. Tipe fluida ini akan digunakan untuk menyelidiki karakteristik dari hidrokarbon yang ada di dalam permukaan bumi. Intinya, di bawah permukaan bumi hidrokarbon hanya ada dalam 2 bentuk yaitu: dominan gas atau dominan cair. Kalau dominan gas: bisa dia dry gas, wet gas, dan retrograde. Kalau dominan cair; bisa dia volatile atau black oil. Jadi, secara singkat gas alam bisa bertipe dry gas, wet gas ataupun retrograde gas (ringkasnya, gas alam adalah jenis hidrokarbon yang saat diproduksi memang bertujuan untuk menghasilkan gas). Pengelompokan tipe fluida reservoir memiliki manfaat yang sangat banyak, contohnya adalah menentukan metode lifting apa yang paling cocok. Karena tentu akan berbeda cara memproduksi minyak dan gas. Perbedaan lain yang sangat mendasar antara minyak bumi dan gas alam adalah komponennya. Gas alam sebagian besar disusun oleh komponen - komponen ringan seperti CH4 (Metana) dan C2H6 (Etana).
Berbicara mengenai industri hilir, gas konvensional (yang saya sebut sebagai gas konvensional adalah gas yang diproduksi dari sumur-sumur gas, jadi saya tidak memasukkan LPG dalam jenis gas konvensional) sebenarnya memiliki beberapa jenis, antara lain:
Gas pipa merupakan gas bumi yang dialirkan langsung setelah mengalami refining dari lapangan gas ke konsumen melalui jaringan pipa. Gas inilah yang sering diperjualbelikan dalam skala besar. Gas jenis ini juga yang mendominasi percaturan gas nasional. Gas ini biasanya lebih murah daripada jenis gas konvensional lain (LNG dan CNG). Karena, memang sistemnya kontrak berjangka waktu panjang dan tidak adanya proses tambahan seperti compression dan liquefaction. Saat ini harganya sekitar US$ 2 /mbtu. Rentang harganya sekitar US$1/MBTU - USS$10/MBTU. Gas pipa Indonesia cukup laku di pasaran, contohnya yaitu lapangan Corridor Block, Sumsel yang dioperasikan Conoco-Phillips + lapangan Jabung, Jambi yang dioperasikan PetroChina melalui pipa transmisi ruas Grissik-Singapura milik PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) menyalurkan 465 MMSCFD ke Singapura dan lapangan Natuna Sea Block A, West Natuna, Kepuluan Riau yang dioperasikan Premier Oil melalui pipa West Natuna Transportation System (WNTS) menyalurkan 325 MMSCFD ke Singapura, dimana kedua kontrak pembelian gas tersebut berakhir tahun 2023.
Pipeline gas di Jurong Island (http://www.gettyimages.com/detail/news-photo/gas-pipeline-at-sembcorp-gas-plant-at-sakra-jurong-island-news-photo/51343659) |
2. LNG (Liquefied Natural Gas)
Karakteristik:
LNG Density = 26.5 lbm/Cu. Ft.
----Lighter than water = (65 lbm/Cu. Ft.)
LNG Boiling point = (-259 F)
Floating Storage and Regasification Unit |
Gas pipa memiliki kekurangan yaitu mobilitasnya yang sangat kurang. Jadi, biasanya gas pipa tidak akan didistribusikan jauh-jauh. Hanya sekitar dari lapangan gas tersebut. Sehingga dilakukanlah inovasi pada gas ini yaitu proses liquefaction. Gas alam yang awalnya berfasa gas dan sulit disimpan sehingga sulit ditransport, diubah dulu fasenya ke dalam bentuk cair. Sesudah menjadi cair tentu saja akan lebih mudah dalam proses transportasi. Transportasi bisa menggunakan kapal.
Saat ini, jenis LNG memang sedang berkembang di Indonesia. Ada beberapa perusahaan terkenal yang sedang menggeluti bidang ini antara lain: PT Badak LNG, Arun LNG, Tangguh LNG dll. Alasannya adalah tuntutan pasar. Kebanyakan pembeli gas saat ini berada jauh di Indonesia, contoh: Jepang, Korsel, China, Taiwan. Oleh karena itu, sangat tidak feasible apabila gas disalurkan lewat pipa. Seiring dengan perkembangan teknologi, bahkan LNG tidak hanya dilakukan di darat. Sekarang bahkan proses liquefaction bisa dilakukan secara offshore melalui teknologi bernama FLNG (Floating Liquefied Natural Gas). Saat ini, baru hanya ada 1 FLNG yang sudah berproduksi. FLNG ini bernama Prelude yang dimiliki oleh Shell.
Selain dari segi mobilitas, LNG memiliki beberapa keunggulan lain seperti volume gas yang bisa ditransport dalam bentuk LNG lebih besar dibandingkan CNG karena berada dalam fasa cair. Kelemahannya antara lain ditinjau dari segi ekonomi dan teknologi. Adanya proses liquefaction, tentu saja akan mempengaruhi harga. Secara ekonomi, memang harga LNG lebih mahal dibandingkan dengan gas pipa. Selain itu, dikarenakan dijadikan dalam bentuk cair maka harus ada pengolahan lebih lanjut untuk menjadikan LNG ini dalam bentuk gas untuk bisa dimanfaatkan. Diperlukanlah sebuah regasification terminal. Mengapa LNG tidak bisa langsung dimanfaatkan seperti LPG? Karena, masalah tekanan. Pembakaran hidrokarbon selalu membutuhkan dalam bentuk fasa gas. LNG yang semula cair, untuk bisa menjadi gas harus diberikan tekanan yang cukup tinggi. Berbeda dengan LPG yang hanya harus diberikan sedikit tekanan untuk menjadi gas lagi. Bahkan ternyata saat LPG berada dalam kondisi atmosferik, bisa langsung berubah menjadi gas. LNG baru bisa terbakar/meledak di udara saat konsentrasinya sekitar 5-15% dari konsentrasi udara.
Saat ini, jenis LNG memang sedang berkembang di Indonesia. Ada beberapa perusahaan terkenal yang sedang menggeluti bidang ini antara lain: PT Badak LNG, Arun LNG, Tangguh LNG dll. Alasannya adalah tuntutan pasar. Kebanyakan pembeli gas saat ini berada jauh di Indonesia, contoh: Jepang, Korsel, China, Taiwan. Oleh karena itu, sangat tidak feasible apabila gas disalurkan lewat pipa. Seiring dengan perkembangan teknologi, bahkan LNG tidak hanya dilakukan di darat. Sekarang bahkan proses liquefaction bisa dilakukan secara offshore melalui teknologi bernama FLNG (Floating Liquefied Natural Gas). Saat ini, baru hanya ada 1 FLNG yang sudah berproduksi. FLNG ini bernama Prelude yang dimiliki oleh Shell.
Selain dari segi mobilitas, LNG memiliki beberapa keunggulan lain seperti volume gas yang bisa ditransport dalam bentuk LNG lebih besar dibandingkan CNG karena berada dalam fasa cair. Kelemahannya antara lain ditinjau dari segi ekonomi dan teknologi. Adanya proses liquefaction, tentu saja akan mempengaruhi harga. Secara ekonomi, memang harga LNG lebih mahal dibandingkan dengan gas pipa. Selain itu, dikarenakan dijadikan dalam bentuk cair maka harus ada pengolahan lebih lanjut untuk menjadikan LNG ini dalam bentuk gas untuk bisa dimanfaatkan. Diperlukanlah sebuah regasification terminal. Mengapa LNG tidak bisa langsung dimanfaatkan seperti LPG? Karena, masalah tekanan. Pembakaran hidrokarbon selalu membutuhkan dalam bentuk fasa gas. LNG yang semula cair, untuk bisa menjadi gas harus diberikan tekanan yang cukup tinggi. Berbeda dengan LPG yang hanya harus diberikan sedikit tekanan untuk menjadi gas lagi. Bahkan ternyata saat LPG berada dalam kondisi atmosferik, bisa langsung berubah menjadi gas. LNG baru bisa terbakar/meledak di udara saat konsentrasinya sekitar 5-15% dari konsentrasi udara.
CNG merupakan gas alam yang mengalami proses kompresi. Kompresi adalah sebuah proses memperkecil volume dengan cara memberikan tekanan. Biasanya tekanan yang harus diberikan pada conventional gas untuk menjadi CNG adalah sekitar 20–25 MPa (2,900–3,600 psi). Proses kompresi ini diusahakan tidak akan membuat fasa berubah menjadi cair. Jadi, secara sederhana CNG adalah menjadikan natural gas memiliki volume lebih kecil sehingga transport-able. Secara keekonomisan, harga CNG memang lebih murah dibandingkan dengan LNG. Tapi untuk volume gas, LNG lebih unggul. Perbandingannya sekitar 42%. Misalnya untuk sebuah volume sama, apabila CNG memerlukan 100 kapal untuk transportasi, LNG hanya perlu 42 kapal. Karena CNG sudah dalam fasa gas, maka sudah tidak perlu ada regasification terminal. Tapi tetap, CNG tidak bisa dinikmati seperti LPG, karena CNG perlu disimpan dalam highly pressurised heavy tanks. Sehingga pemakainnya pun masih terbatas seperti sebagai bahan bakar kendaraan.
Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Compressed_natural_gas
http://breakingenergy.com/2014/12/22/how-dangerous-is-lng/
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/12/01/102616526/Apa.bedanya.LPG.LNG.dan.CNG.
http://www.elgas.com.au/blog/486-comparison-lpg-natural-gas-propane-butane-methane-lng-cng
Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Compressed_natural_gas
http://breakingenergy.com/2014/12/22/how-dangerous-is-lng/
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/12/01/102616526/Apa.bedanya.LPG.LNG.dan.CNG.
http://www.elgas.com.au/blog/486-comparison-lpg-natural-gas-propane-butane-methane-lng-cng
Komentar
Posting Komentar