Catatan Perjalanan: Menjelajah Blora (Edisi Semanggi dan Sumur Minyak Tua)

           Liburan telah tiba. Saya pun kembali ke kampung halaman, Blora, setelah melewati 5 bulan masa perkuliahan. Di liburan ini, saya tidak ingin berdiam diri. Saya berusaha sebisa mungkin mencari kegiatan untuk mengisi waktu liburan. Walaupun mungkin, liburan di kampusku lebih dahulu daripada liburan di kampus lain. Sehingga teman-temanku dari kampus lain belum pulang.


26 Desember 2015
Pilihan kegiatanku di hari ini adalah menjelajah Blora. Banyak sekali sebenarnya yang bisa dijelajah di sebuah kota kecil ini, tapi kali ini saya memutuskan untuk menjelajah ke Semanggi. Semanggi adalah nama sebuah desa di Kecamatan Jepon. Daerah ini tidak terlalu dikenal di masyarakat Blora secara luas, tapi cukup dikenal kalangan perminyakan di Blora. Di desa ini dan sekitarnya ada beberapa sumur tua yang hingga kini masih berproduksi dan ekonomis. Walaupun produksinya terus menyusut dan kecil, tapi tidak bisa dianggap remeh bagaimana peranannya terhadap perkembangan teknologi perminyakan di Indonesia. Oleh karena itu, Blora mendapat salah satu penghargaan sebagai kota percontohan pengelolaaan sumur minyak tua di Indonesia.
Saya tidak sendiri dalam melakukan penjelajahan ini. Saya bersama Pakdhe saya. Kami mengawali perjalanan dengan menuju ke arah Randublatung. Rutenya: rumah (kecamatan kota) - desa Klopodhuwur - ke arah Randublatung - masuk kawasan Perhutani - Semanggi - Nglobo - Jalan Raya Blora Cepu - rumah. Jarak dari rumah ke Semanggi sebenarnya hanya sekitar 30 km. Namun, untuk sampai ke lokasi perlu waktu hampir 1 jam. Dari rumah berangkat jam 10 pagi. Sehingga kami sampai lokasi sumur sekitar jam 11. Perjalanan yang dilalui ternyata tidak seperti yang dibayangkan, cukup lumayan berat. Karena, kami melewati area hutan Perhutani. Yang mana jalannya tidak aspal melainkan batu-batu. Kalau tidak salah ini merupakan kebijakan Perhutani. Dengan tujuan untuk menghambat mobilisasi bila ada pencurian kayu di hutan.

Jalanan berbatu menuju sumur tua


Kami pun sampai ke Semanggi. Di Semanggi ini, lokasi sumur cukup tersebar. Letaknya pun kadang ada yang berdekatan dan ada yang dipisahkan oleh hutan. Kali ini kami ingin menjelajah sumur=sumur yang dekat-dekat saja. Yang masih berada di jalan yang biasa. Di lokasi pertama saya lihat hanya ada 1 Sucker Rod Pump.

Sucker Rod Pump di lokasi I
Di lokasi I, ini berdekatan dengan storagenya. Di sekitar situ juga ada tempat pembakaran flare gas. Ini fotonya...
Pembakaran Flare Gas
Lanjut di dekat lokasi I, kami menemukan beberapa sumur. Yang semuanya menggunakan Pompa Angguk.

Sumur minyak di sekitar lokasi I

2 sumur minyak di sekitar lokasi I
Seluruh sumur minyak tua di kawasan ini dikelola oleh Pertamina. Ini buktinya....
Ada larangan masuk tanpa ijin hehe
         Setelah asyik melihat-lihat sumur minyak yang totalnya ada 5, kami melanjutkan perjalanan. Ternyata di perjalanan kami menemukan sumur minyak lagi. Kali ini hanya ada 1 sumur. Satu sumur minyak dengan pompa angguk

Foto dari kejauhan

       Sebenarnya saya masih bingung, bangunan apa yang ada di samping sumur. apakah itu hanya bekas rig pengeboran atau bekas sumur minyak. Di samping itu juga ada truk? Iya truk. Truk tanpa roda. Truk itu kalo tidak salah menjadi tenaga untuk menarik tali katrol yang ada di gambar. Karena di lokasi tidak ada siapapun untuk dimintai informasi. Jadi, saya belum bisa mengatakan terlalu banyak mengenai apa yang saya lihat.
       Kami pun melanjutkan perjalananan. Melewati hutan jati yang teramat lebat. Kiri kanan sungguh merupakan pemandangan yang bagus. Pemandangan hutan jati hijau yang meneduhkan mata. Kami terus melaju melewati beberapa lokasi penting di Semanggi seperti: stasiun TVRI (sudah tidak aktif). Maaf jika tidak ada foto dikarenakan saya tidak berhenti. Lalu, kata Pakdhe saya, melewati tempat pembunuhan para PKI. Saya lupa nama daerahnya. Setelah terus menerus melewati hutan jati yang hijau, kemudian kami melewati beberapa kawasan Jati yang agak gundul. Gundul daunnya. Dalam arti lain sedang diserang ulat jati. Ini fotonya..

Hutan yang diserang ulat jati

        Dimana ada serangan ulat jati, disitu ada ungker (nama untuk kepompong ulat jati di Blora, saya tidak tahu bahasa Indonesianya). Ungker ini dijadikan lauk oleh sebagian masyarakat Blora (saya sendiri tidak doyan). Menurut penelitian, ungker ini mengandung banyak protein. Sehingga sering diperjualbelikan. Dimana ada ungker, disitu ada para pencari ungker. Ya ini adalah salah satu pekerjaan musiman saat ada serangan ulat jati atau saat musim penghujan (saat daun jati berkembang dari meranggas). Saat kami kesana adalah masa awal musim hujan dan saat awal ungker ada. Sehingga, saat kami kesana ditawari ungker dengan harga 100 ribu/kg. Mahal banget ya? Lebih mahal dari harga daging ayam

Ini gambar para pencari ungker
       Kami melanjutkan perjalanan kembali ke rumah. Lalu, melewati desa Nglobo di Jiken. Disini sebenarnya juga ada beberapa sumur minyak tua. Namun, dikarenakan battery kamera yang hampir habis. Saya hanya mampu mem-foto ini..
Storage tank minyak dari sumur minyak di sekitarnya
(kayaknya sudah tidak berfungsi)

Storage tank yang lumayan besar
(kayaknya sudah tidak berfungsi) 

    Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh (bila teman-teman paham rutenya, rute ini sebenarnya berputar), kami akhirnya sampai rumah jam 2 siang. Walaupun lelah, tapi sangat worth it. Menyenangkan bisa melihat sisi lain dari Blora Mustika.
       Harapannya, sumur-sumur minyak tua ini bisa dijadikan salah satu alternatif pariwisata di Blora. Karena, melihat bagaimana minyak diproduksi dan hijaunya hutan jati memang sungguh mengasyikkan. Semoga di masa mendatang ada kesempatan untuk menjelajah Blora Mustika lebih dalam lagi..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Porositas dan Permeabilitas

Metode Numerik dalam C++: Metode Bagi Dua

Krisis Finansial 2008 (Penyebab dan Dampak)